✔ Cara Merespons Pemberitaan Negatif di Media yang Tepat

Cara merespons pemberitaan negatif di media harus tepat supaya isunya mereda, bukan malah jadi blunder yang berpotensi ‘digoreng’ lagi.

Pasalnya, pemberitaan negatif bisa muncul kapan saja. Hal ini sering dipicu oleh sentimen merek negatif yang tidak dikelola dengan baik.

Kasus boikot terhadap brand terafiliasi Israel adalah contoh nyata dampak pemberitaan negatif. 

Bayangkan jika bisnis Anda juga menghadapi situasi serupa. Bagaimana cara meredakan situasi tersebut?

Berdasarkan pengalaman menangani klien, Publikasimedia akan membagikan tips manajemen krisis yang efektif dalam kasus ini.

Cara Merespons Pemberitaan Negatif di Media untuk PR

Berikut adalah urut-urutan cara merespons pemberitaan negatif di media yang menyoroti perusahaan Anda:1

1. Pahami Dulu Seperti Apa Situasinya

Sebelum mengambil tindakan, pahami dulu konteks pemberitaan yang muncul karena tidak semua berita negatif perlu dikhawatirkan.

Pertama-tama analisis isi dan cara penyampaiannya untuk menilai apakah itu berpotensi merusak reputasi online perusahaan.

Jika isu tersebut kemungkinan akan membesar, tentunya perlu ada pendalaman kasus lebih lanjut.

Sementara itu, beberapa berita layak diabaikan, misalnya berita yang diterbitkan oleh media abal-abal untuk sekadar cari sensasi.

Pemahaman yang tepat membantu Anda menentukan respons yang sesuai. Ini juga dapat mencegah reaksi berlebihan terhadap isu-isu kecil.

2. Akui Masalahnya Kalau Memang Benar

Oke, katakanlah pemberitaan negatif yang beredar memang sesuai fakta. Sikap terbaik Anda adalah mengakui masalah tersebut

Menghindar atau bersikap defensif hanya akan memperburuk situasi.

Sampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang terjadi. Tunjukkan kesediaan untuk berdialog dengan wartawan dan media. 

Sikap terbuka ini akan membangun kepercayaan serta menunjukkan itikad baik perusahaan.

3. Respons dengan Cepat

Pendekatan selanjutnya yaitu mengutamakan kecepatan respons untuk mencegah penyebaran berita negatif lebih luas.

READ  Tips Menggelar Konferensi Pers Krisis untuk Kendalikan Narasi

Identifikasi sumber masalahnya dengan cepat, kemudian berikan respons terbaik.

Survei menunjukkan 34% orang yang membagikan pengalaman negatifnya di internet mengharapkan tanggapan dalam 24 jam.2

Jadi, sebelum liputan negatif terbit di media-media, tugas Anda adalah segera menanggapi keluhan pelanggan di media sosial.

Secara tidak langsung, respons cepat juga sekaligus menunjukkan kepedulian Anda terhadap pelanggan.

4. Berikan Kejelasan dan Konteks

Jika berita yang diterbitkan benar-benar tidak akurat, ajukan koreksi atau permintaan takedown kepada media terkait.

Alternatif lainnya, terbitkan press release untuk klarifikasi. Publikasimedia bisa membantu Anda menyebarkan press release ke media nasional dengan cepat.

Dalam kasus yang lebih kompleks, konferensi pers mungkin diperlukan. 

Apapun metodenya, pastikan Anda menyampaikan cerita lengkap dalam konteks yang jelas. Ingat, tetap jaga sikap profesional dan sopan selama berinteraksi.

5. Tangani Kekhawatiran Pemangku Kepentingan

Setiap perusahaan memiliki pemangku kepentingan yang berbeda, tetapi pendekatan cara merespons pemberitaan negatif di media sama saja.

Kuncinya adalah meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa situasinya terkendali dan akan segera selesai.

Kami akan ambil contoh dari kasus roti Aoka yang viral pada pertengahan 2024.3

Awalnya roti Aoka mendapat banyak ulasan positif di media sosial karena rasanya beragam, enak, dan terjangkau.

Sampai suatu hari, Aoka diterpa isu penggunaan bahan pengawet kosmetik. 

Pelanggan sempat bimbang, apakah harus tetap beli atau stop.

Untuk meredam kegaduhan, pihak produsen langsung membuat klarifikasi yang menegaskan bahwa tidak ada kandungan berbahaya dalam produk mereka.

PT Indonesia Bakery Family menduga pemberitaan negatif ini naik ke permukaan karena unsur persaingan bisnis.

Transparansi dan komunikasi yang jelas seperti itulah yang menjaga kepercayaan pemangku kepentingan selama masa krisis.

6. Tetap Monitor Sentimen Publik di Media Sosial

Seperti yang sudah kami katakan di awal, pemberitaan negatif sering kali berawal dari sentimen publik. 

READ  Newsjacking dalam PR: Manfaatkan Berita Viral untuk Dorong Visibilitas Brand

Oleh karena itu, social listening termasuk cara merespons pemberitaan negatif di media, terutama setelah krisis.

Social listening memberikan wawasan berharga tentang persepsi publik terhadap bisnis Anda.

Pantau konten-konten dan komentar negatif secara proaktif, sehingga krisis serupa tidak akan terulang kembali.

7. Perlukah Dibawa ke Jalur Hukum?

Membawa masalah pemberitaan negatif ke ranah hukum harus berhati-hati. Pertimbangkan dampak yang dapat memengaruhi citra perusahaan. 

Ada baiknya konsultasikan dulu dengan penasihat hukum untuk menemukan pendekatan terbaik.

Belajarlah dari kasus WRP Indonesia sekitar akhir tahun 2023.4

Kasus tersebut menunjukkan bahwa niat menempuh jalur hukum tidak selalu meredakan situasi.

WRP malah menuai kritik lanjutan setelah mengumumkan rencana menunjuk kuasa hukum untuk menyelesaikan isu negatif di media sosial.

Jadi, sebelum memutuskan untuk menempuh jalur hukum, pastikan Anda memiliki bukti yang kuat tentang pencemaran nama baik.

Maksimalkan Respons Anda terhadap Pemberitaan Negatif

Sekali lagi kami ingatkan bahwa pemberitaan negatif bisa muncul kapan pun. Jadi, Anda harus selalu siap dengan strategi manajemen krisis yang matang.

Faktor-faktor lainnya yang juga perlu diperhatikan untuk memaksimalkan cara merespons pemberitaan negatif di media antara lain:

Terakhir, jangan lupa untuk mengevaluasi pendekatan Anda. Cara merespons pemberitaan negatif di media yang tepat dapat mengubah krisis menjadi momentum positif bagi perusahaan Anda.

Referensi (terakhir diakses pada 11/10/2024):

  1. Cara merespons pemberitaan negatif di media. https://channelvmedia.com/blog/respond-to-negative-media-coverage/ ↩︎
  2. Ekspektasi pelanggan mendapat tanggapan atas ulasan negatif. https://www.statista.com/statistics/1479110/shoppers-expected-response-time-to-negative-reviews-usa/ ↩︎
  3. Contoh kasus roti Aoka. https://grafis.tempo.co/read/3642/kontroversi-roti-aoka-dan-okko-diduga-mengandung-bahan-pengawet-kosmetik ↩︎
  4. Contoh kasus WRP Indonesia. https://x.com/txtfrombrand/status/1728052688166760627 ↩︎

Tinggalkan komentar