Homeless media disebut sebagai alternatif saluran komunikasi digital yang menjanjikan bagi praktisi public relations (PR) maupun komunikasi.
Istilah homeless media sendiri memang tergolong baru, tetapi perkembangannya sangat pesat dan mulai menyaingi media massa konvensional.
Untuk mengenal lebih lanjut, Publikasimedia akan menjelaskan tentang apa itu homeless media, peran, serta tantangannya.
Apa yang Dimaksud dengan Homeless Media?
Homeless media adalah entitas media yang berbasis di media sosial tanpa memiliki rumah berupa situs web atau aplikasi sendiri. Mereka sepenuhnya mendistribusikan informasi mengandalkan platform pihak ketiga.
Biasanya akun-akun ini dijalankan secara independen oleh individu atau tim kecil. Namun, ada pula yang dikendalikan oleh perusahaan media besar.
Konsep ini muncul sebagai adaptasi terhadap transformasi digital dalam industri media.

Secara umum, karakteristik homeless media antara lain:
- Mengandalkan media sosial.
- Mencakup berbagai jenis konten (teks, gambar, video, siaran langsung).
- Distribusi cepat dan luas tanpa batasan geografis.
- Mendorong interaksi dua arah.
- Biaya operasionalnya rendah.
Mengapa Perkembangannya Begitu Pesat?
Fenomena ini mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia sejak tahun 2021.1
Alasan pertama jelas karena kemudahan distribusi melalui media sosial.
Media sosial, sebagai wadah, membuat homeless media bisa fokus pada pengelolaan konten tanpa memikirkan hal-hal teknis.
Selain itu, mereka juga cenderung mudah mendapatkan audiensnya berkat penyajian informasi yang cepat dan relevan.
Ini karena masyarakat, terutama generasi muda, makin menjadikan media sosial sebagai sumber utama informasi dan hiburan.
Ya, perubahan perilaku konsumsi informasi kalangan anak muda sangat berpengaruh pada menjamurnya akun-akun media tanpa rumah.
Menurut penelitian, 73% Gen Z di Indonesia kini memang lebih memilih mencari berita melalui media sosial daripada media konvensional.2

Di sisi lain, biaya operasional yang terbilang rendah juga membuka kesempatan bagi semua orang untuk membuat dan mengelola media sendiri.
Contoh Homeless Media di Indonesia
Supaya punya gambaran seperti apa media-media tanpa rumah itu, berikut kami berikan beberapa contoh akun Instagram mereka:
- @opiniid
- @merapi_uncover
- @folkshitt.id
- @bushcoo
- @merekamjakarta
- @lovesuroboyo
- @bdg.info
- @buletinmedan

Bahkan, sebenarnya beberapa influencer dan kreator konten bisa dikategorikan sebagai homeless media. Pembahasan dari mereka umumnya lebih ditunggu-tunggu daripada media konvensional.

Peran Homeless Media dalam Penyebaran Informasi
Di bawah ini adalah peran homeless media dalam penyebaran informasi melalui platform digital:
1. Kecepatan Penyebaran Informasi
Kecepatan distribusi adalah keunggulan utama media tanpa rumah.
Mereka bisa menerbitkan berita secara instan lewat media sosial dan berpotensi menjangkau pembaca, bahkan viral, dalam hitungan menit.
Di sisi lain, media konvensional membutuhkan proses yang agak lebih panjang untuk menerbitkan sebuah berita.
2. Kreativitas dalam Penyajian Konten
Tanpa keterikatan pada format tertentu, homeless media dapat menyajikan informasi yang lebih menarik dengan bentuk infografis, video pendek, hingga meme.
Pendekatan kreatif ini terbukti efektif menjangkau generasi digital native.
3. Partisipasi Audiens
Platform media sosial memungkinkan interaksi langsung dengan fitur komentar, likes, atau live chat.
Komunikasi dua arah ini meningkatkan keterlibatan aktif masyarakat dalam isu-isu tertentu. Dampaknya, informasi tidak hanya disebarkan, tetapi juga didiskusikan bersama.
4. Suara yang Tak Terdengar
Selain itu, homeless media membuka ruang bagi suara yang sering terabaikan di media mainstream.
Seperti diungkapkan Tia Sulastri dalam wawancaranya dengan Kompas (2023), platform ini menjadi wadah aspirasi kelompok minoritas dan komunitas marjinal.3
Isu-isu yang sebelumnya dianggap “tidak menjual” kini akan mendapat panggung yang setara.
5. Aktivisme dan Mobilisasi
Selanjutnya homeless media berperan signifikan dalam mendorong perubahan sosial.
Ini karena platform digital memudahkan koordinasi aksi kolektif yang lebih efisien untuk tujuan tertentu.
Contohnya adalah isu “Peringatan Darurat” dengan postingan gambar Garuda berlatar biru yang viral medio 2024.4
Banyak media tanpa rumah membantu menyebarkan pesan ini agar masyarakat ikut turun ke jalan untuk bersuara.
6. Jurnalisme Warga
Terakhir, setiap orang kini berpotensi menjadi reporter di lapangan.
Dengan bermodalkan smartphone, saksi mata dapat langsung mendokumentasikan dan melaporkan peristiwa penting dari tempat kejadian.
Hal ini memperkaya cakupan berita, terutama ketika media konvensional mungkin tidak memiliki akses.
Tantangan yang Dihadapi

Meski homeless media membawa angin segar dalam ekosistem informasi digital, platform ini juga menghadapi berbagai tantangan serius.
Verifikasi informasi menjadi salah satu tantangan terbesar. Kecepatan penyebaran berita sering tidak diimbangi dengan proses fact-checking.
Akibatnya, informasi yang belum terverifikasi menyebar luas dalam waktu singkat.
Lebih mengkhawatirkan lagi, media tanpa rumah kerap menjadi sarang hoaks dan disinformasi.
Mengapa banyak media tanpa rumah cenderung asal posting?
Salah satu alasannya karena mereka merasa tidak terikat kode etik jurnalistik yang menjadi panduan dalam menyebarkan informasi.
Selain itu, algoritma platform digital menciptakan masalah tersendiri.
Filter bubble yang terbentuk membuat pengguna terjebak dalam gelembung informasi yang sesuai preferensi mereka saja.
Situasi ini menciptakan dilema antara kebebasan berekspresi dan kebutuhan akan standar kualitas informasi yang dapat diandalkan.
Bagaimana PR Dapat Memanfaatkan Homeless Media?
Homeless media menawarkan kecepatan dan jangkauan yang luas, namun media mainstream tetap belum tergantikan untuk membangun kredibilitas.5
Praktisi PR dapat memanfaatkan media jenis ini untuk komunikasi yang lebih personal dan engaging dengan publiknya. Contohnya untuk kampanye yang membutuhkan respons cepat atau interaksi langsung dengan audiens.
Kuncinya adalah memahami kekuatan dan keterbatasan masing-masing platform.
Dengan menggabungkan keunggulan media homeless dan media mainstream, PR dapat menciptakan strategi komunikasi yang lebih efektif.
Referensi (terakhir diakses pada 19/2/2025):
- Dimulainya tren media homeless. https://www.remotivi.or.id/penelitian/22 ↩︎
- Hasil riset IDN Research Institute. https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-gen-z-report-2024.pdf ↩︎
- Kutipan Tia Sulastri. https://kumparan.com/andi-aqil-ajrun-adhim/homeless-media-ruang-ekspresi-baru-atau-tantangan-dalam-kualitas-informasi-243bOyuUo8H/4 ↩︎
- Penjelasan tentang “Peringatan Darurat”. https://umj.ac.id/just_info/peringatan-darurat-garuda-biru-awal-kemunculan-dan-artinya/ ↩︎
- Media konvensional belum tergantikan. https://www.humasindonesia.id/berita/ketika-homeless-media-punya-peluang-jadi-saluran-alternatif-komunikasi-publik-2643 ↩︎