Istilah buzzer bukan hal baru dalam strategi komunikasi. Namun, sebenarnya apakah buzzer bagian dari PR (public relations) atau bukan?
Publikasimedia sering menerima pertanyaan tersebut karena buzzer sudah dianggap sebagai salah satu strategi yang cukup bisa diandalkan.
Tidak sedikit perusahaan, brand, atau politisi berhasil mengendalikan krisis di internet menggunakan buzzer.
Supaya lebih jelas apakah buzzer bagian dari PR, artikel ini akan membahas peran, cara kerja, contoh, serta dampak positif dan negatifnya.
Apa Itu Buzzer?
Dalam konteks komunikasi, buzzer adalah individu atau kelompok yang bertugas menciptakan kebisingan tentang suatu topik di media sosial.
Di Indonesia, konsep buzzer mulai populer untuk pemasaran pada tahun 2009.1 Penggunaannya makin marak belakangan, terutama di dunia politik.
Karakteristik utama buzzer adalah kemampuannya untuk menyebarkan informasi secara cepat dan masif.2
Siapa saja yang bisa jadi buzzer?
Pertama, mereka para influencer yang memiliki banyak pengikut dan jaringan luas di media sosial.
Kemudian, ada pula buzzer anonim yang akunnya tidak menggunakan identitas asli. Bahkan, tidak jarang mereka hanya sekumpulan akun bot di bawah kendali operator.
Buzzer dibayar atau tidak?
Sebagian buzzer bekerja secara sukarela karena fanatisme mereka terhadap suatu pihak atau memercayai nilai tertentu.3
Akan tetapi, melihat fakta banyaknya penyedia jasa buzzer, artinya banyak dari mereka memang dibayar untuk menciptakan kebisingan.
Buzzer berbayar sering kali jadi solusi cepat dalam situasi mendesak, misalnya ketika terjadi krisis yang mengancam reputasi organisasi.
Apakah Buzzer Bagian dari PR?
Jika Anda bertanya kepada kami, apakah buzzer bagian dari PR?
Kami menjawab, ya, buzzer termasuk strategi PR digital modern.
Beberapa memandang buzzer sebagai alat komunikasi yang efektif, sementara yang lain menganggapnya berisiko terhadap reputasi.
Terlepas dari kontroversi, buzzer telah mengubah cara organisasi berkomunikasi dengan publiknya.
PR perlu beradaptasi dan memanfaatkan buzzer untuk menyampaikan pesan secara lebih efektif.
Namun, penggunaannya harus bijaksana. Buzzer sebaiknya hanya berperan sebagai pendukung, bukan strategi utama.
Cara Kerja Buzzer di Media Sosial
Cara kerja buzzer hampir sama dengan electronic word of mouth.
Prinsipnya, “biarkan orang lain yang berbicara tentang kita,” untuk meningkatkan kepercayaan.4
Jadi, bisa dibilang strategi utama buzzer adalah membangun resonansi.
Mereka memposting konten secara berulang, menggunakan hashtag, dan berinteraksi dengan pengguna lain untuk meningkatkan visibilitas pesan.
Tujuan buzzer yaitu membuat topik tersebut menjadi trending dan memicu diskusi lebih luas.
Dalam konteks PR, buzzer digunakan untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
Contoh Penggunaan Buzzer
Humas pemerintah memanfaatkan jasa buzzer untuk memviralkan program baru.5
Dengan strategi ini, informasi tentang program tersebut bisa menjadi trending topic di media sosial, sehingga meningkatkan kesadaran publik.
Efektivitas buzzer terletak pada kemampuan mereka menciptakan efek domino informasi. Ketika pesan mulai viral, pengguna lain akan ikut menyebarkannya, menciptakan gelombang komunikasi yang lebih luas dan organik.
Dampak Positif & Negatif Buzzer dalam Strategi PR
Setelah mendapat jawaban apakah buzzer bagian dari PR, pahami dulu manfaat dan risiko buzzer sebelum Anda menggunakan strategi tersebut.
Ketika kampanyenya sukses, buzzer menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan pesan dan membangun citra positif.
Namun, jika buzzer dilakukan dengan cara-cara negatif, strategi ini bisa berbalik menjadi bumerang bagi Anda.
✅ Dampak Positif | ❌ Dampak Negatif |
Meningkatkan visibilitas merek | Menurunkan kredibilitas organisasi |
Mempercepat penyebaran informasi | Backlash dari publik |
Meningkatkan engagement audiens | Polarisasi opini publik |
Membentuk opini publik positif | Penyebaran informasi tidak akurat |
Menguatkan citra | Kerusakan reputasi jangka panjang |
Apakah PR Harus Pakai Buzzer?
Dari penjelasan apakah buzzer bagian dari PR barusan, setidaknya Anda tahu bahwa buzzer punya kemampuan untuk memperkuat pesan di media sosial.
Keputusan untuk pakai buzzer atau tidak dalam strategi PR Anda harus mempertimbangkan tujuan komunikasi, target audiens, dan potensi dampaknya.
PR profesional juga perlu memastikan bahwa penggunaan buzzer sejalan dengan etika komunikasi dan tidak mengorbankan integritas pesan organisasi.
Referensi (terakhir diakses pada 5/10/2024):
- Awal mula buzzer di Indonesia. https://influenceindustry.org/en/explorer/case-studies/indonesia-political-influence-operations/ ↩︎
- Karakteristik buzzer secara umum. https://id.scribd.com/document/628679651/Buzzer-Dalam-Marketing-Public-Relation ↩︎
- Tentang buzzer yang sukarela. https://geotimes.id/komentar/kenapa-ada-buzzer-sukarela-yang-tidak-dibayar/ ↩︎
- Cara kerja buzzer. https://timesindonesia.co.id/kopi-times/360976/buzzer-itu-keniscayaan-booming-media-sosial ↩︎
- Contoh penggunaan strategi buzzer. https://media.neliti.com/media/publications/416132-none-e3400668.pdf ↩︎